Pada hari ketiga Rabu (21/9), 193 negara-negara berkembang dan
maju berkumpul di markas PBB di New York untuk membahas tentang “ancaman
berbahaya” dari bakteri super (super-bugs) atau bakteri kebal obat.
NEW YORK
Dalam
sejarah sidang majelis umum PBB, hanya ada tiga penyakit yang pernah diangkat
pembahasannya, yaitu: HIV, Ebola, dan penyakit kronis seperti diabetes dan
obesitas.
Komitmen
negara-negara ini meliputi aksi global yang mendukung grup koordinasi
pemberantasan resistansi antimikrobial. Selain komitmen internasional untuk
bekerja sama untuk mendorong inovasi dan penelitian lebih lanjut, negara-negara
berkembang juga berjanji untuk meningkatkan kemampuan diagnosis tenaga
kesehatan dan menginformasi masyarakat lebih menyeluruh tentang penyalahgunaan
antibiotik, serta inisiatif lokal untuk menanggulangi penyalahgunaan
antibiotik.
Ada
tiga penyebab terjadinya resistensi antimikroba yang pada dasarnya adalah
mutasi genetik bakteri untuk bertahan hidup. Evolusi ini terjadi karena
penyalagunaan antibiotik berlebihan oleh manusia, penggunaan antibiotik pada
hewan ternak yang dikonsumsi manusia, dan pertahanan alami yang dibentuk oleh
organisme sendiri.
Sejak
ditemukannya penisilin pada tahun 1928, sang penemu, Alexander Flemming dan
beberapa ilmuwan telah memperingatkan akan bahaya bakteri super yang resisten
terhadap antibiotik. Seabad kemudian, bakteri super menewaskan 700 ribu orang
per tahun
Data Komite
Pengendalian Resistensi Antimikobra tahun 2000 menunjukkan, 70 persen
penggunaan antibiotik yang diresepkan dokter tidak sesuai. Pada penelitian
lanjutan tahun 2009 yang dilakukan terhadap 20 rumah sakit besar, pengendalian
resistensi antimikroba juga belum memuaskan
Selain komitmen kerja sama internasional, negara-negara ini juga
berjanji untuk lebih ketat meregulasi perusahaan farmasi yang menjual
antibiotik, termasuk pengaturan pemasaran antibiotik dan pemberian resep
antibiotik berdasarkan insentif ekonomi dari industri farmasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar